Antara "Dia" dan "Rindu"

16.46

Antara "Dia" dan "Rindu"

Entah apa itu yang dinamakan rindu? Yang mampu memporak porandakan segala perasaan yang menaungi. Entah obat apa yang dapat mengobati penyakit itu. Hanya rindu yang terbalas yang mampu membangun kembali yang tadinya hancur, yang dapat menata kembali puzzel-puzzel yang tadinya berserakan, yang mampu menyatukan kembali yang tadinya pecah berkeping-keping. Obat rindu hanya kabar, obat rindu hanya bertemu, obat rindu hanyalah bersua dengan orang yang dirindukan dan merindukan. Sedangkan rindu yang tak terbalas bisa apa? Hanya mampu melihatnya dalam dunia maya, semu, dan  hanya bayangan. Rindu yang tak terbalas hanya membuat yang tadinya manis menjadi pahit, yang tadinya cerah menjadi hujan, yang membuat senyum menjadi sendu. Rindu hanya membuat mendung gelap yang sebentar lagi akan turun hujan. Tak mengerti apa obat rindu yang tak terbalas. Kabarpun tak ada, bertemupun adalah hal yang sangat mustahil, bersua? Bersua dengan orang yang dirindukan namun tak merindukan. Bagaimana rasanya? Hanya menambah rasa rindu yang terselubungi luka. Senyum terakhirnya hanya warna lain dari pecahan luka itu. Bagaimana bisa mempertahankan rindu dan perasaan yang menggebu kepada orang yang setitikpun tak melirik? Yang tak secuilpun merindu dan tak membalas rindu? 


Hanya orang bodoh yang mau bertahan untuk hatinya. sedangkan hati kamu apa kabar? Hanya orang bodoh yang terus membicarakan tentang DIA! DIA? Siapa dia? Yakin dia? Dia yang suka buat kamu disiksa rindu? Dia yang buat kamu meneteskan air mata tiba-tiba namun kamu sok tegar dengan beralasan hanya “kelilipan” atau hanya sekedar “menguap” karena ngantuk? Dia yang sekalipun tak pernah mengingatmu? Sekedar mengingatmu saja tak pernah apalagi merindukanmu? Dia, dia, dia. Hanya dia? Kamu tak sekedar bodoh! Kamu gila! Kamu hanya jalan ditempat tanpa memperhatikan kanan kirimu. Beranjaklah dari ruang hampa yang gelap itu, tinggalkan “dia” yang kamu anggap dia adalah segalanya dan yang terbaik. Tak usah melihat masa lalu seperti spion yang hanya membuat cacat hatimu. Beginipun kamu masih ingin tetap menangis.

Menangislah! Izinkan dirimu menangis. Biarkan hujan terus membasahi, sebelum kamu meraih satu per satu warna pelangi. berhentilah menangis ketika kamu mulai merasa lelah. Hujan pasti akan berhenti dan berganti cerah pada waktunya nanti. Ketika tak ada lagi mendung , bersiaplah untuk beranjak, pasanglah wajah bahagiamu, tatap masa depan dan tersenyumlah, buat mereka “IRI” melihatmu! :)

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe