"Membandingkan hubungan yang telah berakhir dengan yang sedang berlanjut, sama saja seperti membandingkan hidup dengan kematian. Gak ada Gunanya." (Ancika, 289)
-blurb-
"Dia memang punya masa lalu, tetapi saya punya Dilan."
-Ancika
Ancika ini, pacarnya Dilan.
Mereka saling mengenal setelah Dilan sudah tidak lagi berpacaran dengan Lia.
Ya, gitu deh, mau gimana lagi, drama kehidupan namanya juga.
Pilihan dibuat, bisa benar, bisa salah.
Kita hanya manusia dan hidup hanya permainan.
Mendingan baca aja. Iniah kisah asmara Ancika dan Dilan.
Mudah-mudahan menyenangkan.
- Ancika: dia yang bersamaku 1995-
Hai warga blog~ Akhirnya bisa review-review novel lagi setelah lama vacum. So, akhir tahun lalu aku lagi pengen banget baca buku yang ringan-ringan aja buat refreshing. Setelah scroll sana-sini dan hunting di toko buku, pilihan jatuh pada novel yang berjudul Ancika karya ayah Pidi Baiq. Sebelumnya aku udah baca buku-buku seri Dilan yang lain. Menurutku novel yang Dilan: dia adalah Dilanku 1990 dan yang 1991 itu sangat menarik, bahasanya ringan dan tokohnya sangat kuat. Apalagi setelah difilimkan, tokoh itu menjadi idola bagi pembaca dan penontonnya. Karena tokoh Dilan dan Milea itu sangat kuat menjadi pasangan, meski pada akhirnya mereka pisah juga. Hal itu yang membuat aku penasaran kelanjutan cerita seorang Dilan dengan sosok Ancika.
Novel Ancika: dia yang bersamaku tahun 1995 ini merupakan novel ke-4 dari seri Dilan. Sebelumnya ada Dilan: dia adalah Dilanku tahun 1990, Dilan: dia adalah Dilanku tahun 1991, dan Milea; Suara dari Dilan. Novel karya ayah Pidi Baiq ini diterbitkan oleh Pastel Books pada tahun 2021 dan didistribusikan oleh Mizan Media Utama. Seperti halnya buku seri Dilan sebelumnya, buku dengan tebal 340 halaman ini cukup membuatku terhanyut dalam cerita dengan bahasa yang ringan namun maknanya dalem.
Tokoh Dilan terdengar gak asing di telinga. Seorang panglima tempur di sebuah geng motor. Hubungannya dengan Milea disebut-sebut sebagai couple goals. Namun ketika hubungan mereka kandas membuat para pembacanya patah hati. Seolah-olah Dilan hanya cocok dengan Milea. Padahal cerita kehidupan Dilan terus berlanjut, tidak berhenti di Milea. Hingga akhirnya Dilan bertemu dengan Ancika. Di Novel Ancika ini menceritakan pertemuan Ancika dengan Dilan yang bisa dikatakan tidak manis. Ketika itu Ancika kelas 3 SMA sedangkan Dilan kuliah di ITB. Mereka bertemu di rumah kakek Anciika, kebetulan Dilan adalah teman sepupu Ancika, Mang Anwar. Mulanya Mang Anwar menawarkan Dilan untuk membantu mengerjakan PR Ancika meresensi novel. Namun setelah PR itu dikumpulkan dan dibaca di depan teman-teman Cika Ternyata isinya hal-hal konyol yang tidak sesuai harapan Ancika. Hal tersebut membuat Ancika marah, karena ia ditertawakan teman-temannya. Untuk mendapatkan maaf dari Ancika yang keras ini gak mudah. Berulang kali usaha Dilan meminta maaf tak berhasil. Suatu saat Dilan memberikan sebuah koran pada Ancika dan menyuruhnya membaca kolom iklan yang dilingkari spidol merah. Ternyata kolom tersebut berisikan permintaan maaf Dilan pada Ancika. Perawakan Ancika yang serius dan tegas merasa tidak cocok dan tidak suka dengan hal-hal konyol dan menyebalkan yang diberikan Dilan. Namun berawal dari hal-hal menyebalkan itu Ancika semakin mengenal Dilan dan merasa nyaman dengannya. Dia mengakui bahwa Dilan memberinya sesuatu yang paling edan di dalam semua rencana hidupnya yang terlalu monoton. Semua yang ia lalui bersama Dilan menjadi kegembiraan yang sangat besar menurut Ancika. Hubungan mereka semakin dekat dan erat. Dilan menceritakan masa lalunya dengan Milea. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena itu telah usai. Ancika menerimanya dan berpikiran logis. Nasehat-nasehat dari bunda Dilan yang membuat ia yakin dan percaya dengan Dilan.
"Membandingkan hubungan yang telah berakhir dengan yang sedang berlanjut sama saja seperti membandingkan hidup dengan kematian. Gak ada gunanya." --- hal. 289
"Tiap orang punya bagiannya sendiri, menjadi tokoh di dalam ceritanya sendiri. --- hal. 289
Menurutku nasehat-nasehat si bunda itu dalem banget sih. Banyak sekali pelajaran hidup yang dilalui Dilan. Point yang paling penting menurutku, masa lalu itu ada untuk memberi kita pelajaran. Jangan pernah mencampuradukkan atau membandingkan masa lalu dengan masa yang sedang kita lalui, karena seperti halnya membandingkan kehidupan dengan kematian. Setiap orang punya ceritanya masing-masing. Kita tidak bisa membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain, karna jalannya beda, tokohnya beda. Bandingkanlah diri kita saat ini dengan diri kita yang lalu, apakah lebih baik? atau lebih buruk?
Novel ini recommended banget buat kamu yang pengen refreshing dengan bacaan yang ringan. Gaya dialog Dilan dan tingkah nyelenehnya bikin kita senyum-senyum sendiri. Setelah mengenal Ancika di novel ini, membuat aku berubah pikiran. Tadinya ku pikir Dilan hanya cocok dengan Milea. Namun menurutku cerita Dilan dan Ancika tak kalah seru. So, Selamat membaca! :)