-Semua luka, duka, bahkan suka adalah bagian dari upaya Tuhan dan semestanya mendewasakanku. Bahwa semua luka ini memang harus diterima dan diakui sebagai sebuah upaya menyembuhkan (Kala, 317)-
-blubr-
Jika perubahan adalah satu-satunya yang pasti.
Maka ketidakpastian akan dimiliki oleh waktu.
Karena pada detak ke sekian, aku mendapati diriku jatuh cinta
pada seseorang yang tidak ingin secara egois aku miliki.
Lalu kita, diselundupkan dalam kala,
sebagai pengantar pesan utusan semesta.
-Kala-
Fiuuuuh~ ku menghela nafas lega. Akhirnyaaaaa, selesai juga baca buku ini. Jujurly, aku baca buku ini lama banget, karna sering nggak dibuka alias gak dibaca. Yaaa, aku merasa daya tarik baca buku semakin berkurang. Akhirnya ku putuskan ikut Carengru alias Baca Bareng Seru (kalo kepanjangannya salah mohon maap yak, wkwk). Kudu dipaksa dulu buat menstimulus biar doyan baca lagi. Okay bahas Carengru-nya di part tersendiri aja kali yaaa.
Kali ini aku mau review novel Kala. Kalo di KBBI Kala itu artinya waktu (kalo salah mohon dikoreksi ya). Cerita di buku ini sepertinya masih menyeret soal waktu, antara masa lalu, sekarang dan masa depan. Lebih tepatnya mungkin adanya trauma di masa lalu, yang melahirkan problem di masa sekarang. Namun sebenernya maksudnya untuk kebaikan di masa depan (belibet amat yak nulisnya, wkwk).
Kala ini buku pertama Syahid Muhammad dan kolaborasi pertamanya dengan Stefani Bella. Buku Stefani Bella yang pertama kali ku baca judulnya Elegi Renjana. Sedangkan awal aku tahu Syahid Muhammad dari novelnya yang berjudul Egosentris (Novel ke ketiga / novel single pertama). Trus berlanjut ke Paradigma, Saddha, 25 Jam, Kamu Gak Sendiri. Buku yang telah menyandang predikat Best Seller ini diterbitkan oleh penerbit asal Jogja, Gradien Mediatama. Buku setebal 348 halaman ini dicetak pertama kali pada bulan Mei 2017. Sedangkan punyaku sudah cetakan keempatbelas, yang dicetak pada bulan Mei 2019.
Menceritakan tentang sebuah pertemuan yang mungkin sudah digariskan untuk menerima karma. Saka, seseorang yang terbiasa meninggalkan. Lara, seseorang terbiasa ditinggalkan. Menurutnya orang yang ditinggalkan oleh seseorang adalah korban. Orang yang paling tersakiti. Namun, sepertinya karma memihak pada mereka berdua setelah mereka menjalin hubungan. Trauma masa lalu Lara yang menjadi pemicu retaknya hubungan mereka. Hingga suatu waktu, setelah komunikasi lama tak terjalin dan waktu tak kunjung membuahkan solusi untuk mempertahankan hubungan mereka. Saat itu pula Lara merasa, perasaannya kepada Saka hilang begitu saja.
"Kau datang sebagai pesan pembalasan. Aku datang sebagai dosa yang kau perbuat" (Kala, 3)
Menjadi pihak yang meninggalkan pun ternyata menyakitkan. Anggapan Lara tentang seseorang yang ditinggalkan, mutlak menjadi korban yang paling tersakiti, kini terpatahkan. Ada banyak hal yang belum tersampaikan yang membuat sesak di dada. Tidak ada pihak yang baik-baik saja perihal ditinggal dan meninggalkan. Namun hal itu adalah salah satu cara Tuhan menyampaikan pesan untuk mendewasakan. Salah satu bait-bait tulisan Saka yang ku suka,
Kau pernah begitu terluka,
Aku pernah begitu melukai,
Kita sama-sama mengenal luka,
saling bertatap muka,
menceritakan semua duka.
Namun, ternyata tak ada jalan untuk kita saling terbuka.
Karena kau begitu senang terluka,
dan aku kelelahan melukai.
Akhirnya, kita hanya sepasang murka,
yang saling melupa.
(Kala, 219-220)
Buku ini mengajarkan bahwa Tuhan punya banyak cara untuk mendewasakan hambanya, salah satunya dengan terluka. Baca buku ini membawa kita hanyut dalam cerita Saka dan Lara. Memang kalo baca buku ini sekaligus agak capek atau membosankan, karna setiap kejadian, ada 2 perspektif. Dari sisi Saka dan sisi Lara. Yaaaa, terkadang jeda itu perlu, wkwkwk. Recommended sih untuk mengisi waktu luang kalian saat bosan dengan handphone. Karna aku baca buku ini saat aku bener-bener bosan dengan handphone. Mode "Jangan Ganggu" akhir-akhir ini menjadi andalan. Novel Kala dan cappuccino hangat sepertinya akan menjadi komposisi yang pas. So, Selamat Membaca. Enjoy your time with this book :)